SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA TOLONG KALO MAU COPAS DI SERTAKAN SUMBERNYA TERIMAKASIH

Selasa, 19 November 2013

SEJARAH PERKEMBANGAN WEB 1.0 HINGGA WEB 4.0 DAN PERBEDANNYA

Perkembangan Web 1.0 hingga Web 4.0
A. Web 1.0
Ini adalah bagan dari Web 1.0
Web 1.0 secara umum dikembangkan untuk pengaksesan informasi dan memiliki sifat yang sedikit interaktif. Web memiliki 1.0 sifat adalah read. Juga memiliki ciri-ciri umum yang mencolok yaitu consult, surf dan search. Jadi web 1.0 kita kebanyakan hanya sekedar mencari atau browsing untuk mendapatkan informasi tertentu. Web 1,0 adalah retronym yang merujuk pada World Wide Web, dan setiap web gaya digunakan sebelum kedatangan Web 2,0. Ini adalah istilah umum yang telah dibuat untuk menjelaskan Web sebelum ‘ledakan dari dot-com gelembung’ pada tahun 2001, yang dianggap oleh banyak sebagai pasak untuk internet. Web 1,0 termasuk tren khawatir atas keprihatinan privasi resuting dalam satu arah aliran informasi, melalui website yang berisi ‘hanya-baca’ bahan. Sehingga mengakibatkan luas komputer lambat buta huruf dan koneksi internet untuk ditambahkan batasan dari internet. Keterbatasan pada Web 1.0 yang mengharuskan pengguna internet untuk datang ke dalam website tersebut dan melihat satu persatu konten di dalamnya.
Untuk mengambil contoh dari atas, Personal halaman web yang umum di Web 1.0, dan ini terutama terdiri dari halaman statis yang di-host di layanan hosting gratis seperti GeoCities. Saat ini, dihasilkan secara dinamis blog dan profil jaringan sosial, seperti Myspace dan Facebook, yang lebih populer, memberikan peluang bagi pembaca untuk berkomentar mengenai posting dengan cara yang tidak tersedia selama Web 1.0.
- Beberapa ciri khas dari situs Web 1,0 termasuk:
1. Halaman statis, bukan dinamis pengguna-konten yang dihasilkan.
2. Penggunaan framesets.
3. Milik HTML ekstensi seperti dan tag diperkenalkan pada awal perang browser.
4. Online guestbook.
5. GIF tombol, biasanya 88×31 piksel dalam ukuran web browser dan mempromosikan produk lain.
6. Pengguna akan mengisi formulir, dan setelah mereka mengklik mengirimkan email klien akan mencoba untuk mengirim email yang berisi formulir rincian.

B. Web 2.0
Ini adalah bagan dari Web 2.0

Ini adalah contoh dari Web 2.0
1. Latar Belakang
Kriteria utama website adalah adanya isi yang bisa dibagi atau dikolaborasikan. Isi utama website adalah dari pengunjung website, dan bukan dari pemilik/penyelenggara website.
Inovasi dalam dunia web semakin hari kian mengalami perkembangan yang berarti, ini dibuktikan dengan adanya Teknologi Web 2.0 yang dikembangkan sekitar tahun 2004. Walaupun sudah termasuk lama kedengarannya oleh para praktisi web, namum sebagian besar mereka masih bertanya-tanya tentang fungsi dan kegunaannya. Web 2.0 merupakan teknologi web yang menyatukan teknologi-teknologi yang dimiliki dalam membangun web. Penyatuan tersebut merupakan gabungan dari HTML, CSS, JavaScript, XML, dan tentunya AJAX.
Perkembangan web 2.0 lebih menekankan pada perubahan cara berpikir dalam menyajikan konten dan tampilan di dalam sebuah website. Dalam perkembangannya Web 2.0 diaplikasikan sebagai bentuk penyajian halaman web yang bersifat sebagai program desktop pada umumnya seperti Windows.
2. Sejarah Lahirnya Web 2.0
Lahir beberapa tahun lalu dari hasil wacana antara O’Reilly dan MediaLive International, Web 2.0 makin hari makin bergulir. Hanya dalam satu setengah tahun, lebih dari 9,5 juta halaman web dicatat Google mengandung nama ini. Meski diterima banyak kalangan, tak sedikit yang mencibir bahwa istilah ini cuma kerjaan orang tehnik yang sedang gandrung dengan teknologi sehingga melahirkan kategorisasi yang bodoh dan tidak dipahami publik. Perdebatan akan masih terus berlanjut.
Para pelaku bisnis internet memahami bahwa tahun 2001 adalah tahun kelam dotcom. Saat itu memang sebagian besar dotcom yang menghiasi pentas bisnis tiga tahun sebelumnya dan menjadi primadona investasi dunia, tiba-tiba rontok, bertumbangan dan mati. Dotcom boom berubah menjadi Dotcom crash atau dotcom doom. Banyak yang menangis, terutama para investor.
Namun, di balik kehancuran itu O’Reilly dan MediaLive International melihat bahwa masih ada dotcom yang lolos dari masa kritis tsb. Setelah dianalisa, dotcom tersebut memiliki ciri yang sama. Dan ciri-ciri itu tidak dimiliki oleh para mantan dotcomers. Apakah kehancuran dotcomers lama dan lahirnya jenis dotcomer baru menandai lahirnya generasi baru web? Begitulah pertanyaan Dale Doughterty. Mungkin pionir web dan VP O’Reilly ini terinspirasi oleh proses seleksi alam Charles Darwin: begitu ada generasi yang punah, akan muncul generasi baru yang lebih tangguh. Untuk mempermudah kategorisasi, Doughterty menyebut generasi baru itu Web 2.0.
3. Pengertian Web 2.0
Web 2.0 adalah buzzword terbaru di dunia internet. Berbagai inovasi dan fitur-fitur baru yang muncul di dunia web membawa suatu pandangan baru tentang jenis situs web atau aplikasi web yang disebut web 2.0. Istilah web 2.0 disebut-sebut oleh Dale Dougherty dari O’Reilly Media yang melakukan brainstorming dengan Craig Cline dari Media Live untuk menghasilkan ide konferensi di mana mereka menjadi host. Akhirnya pada bukan Oktober 2004 O’Reilly Media, Battele dan MediaLive mlakukan konferensi web 2.0 pertama dan kedua pada bulan Oktober 2005. Sebelum muncul istilah web 2.0 yang sering digunakan adalah istilah semantic web.
Web 2.0 mempunyai keuntungan yaitu memungkinkan pengguna internet dapat melihat konten suatu website tanpa harus berkunjung ke alamat situs yang bersangkutan. Kemampuan Web 2.0 juga dalam melakukan aktivitas drag and drop, auto complete, chat, dan voice seperti layaknya aplikasi desktop, bahkan berlaku seperti sistem operasi, dengan menggunakan dukungan AJAX atau berbagai plug-in (API) yang ada di internet. Hal tersebut akan merubah paradigma pengembang sofware dari distribusi produk menjadi distribusi layanan.
Seperti diketahui sebelumnya terjadi pergeseran dari Web 1,0 dengan Web 2.0 dapat dilihat sebagai hasil dari perbaikan teknologi, yang termasuk adaptasi tersebut sebagai “broadband, peningkatan browser, dan Ajax, naik ke Flash aplikasi dan platform pengembangan wigetization massa, seperti Flickr dan YouTube”. Sekarang, selama Web 2.0, penggunaan Web dapat berkarakter sebagai desentralisasi konten situs Web, yang dihasilkan dari sekarang ‘bottom-up’, dengan banyak pengguna yang kontributor produsen dan informasi, serta konsumen tradisional.
Sifat dari web 2.0 adalah read write. Web 2.0 mempunyai kelebihan dimana interaksi sosial di dunia maya sudah menjadi kebutuhan, sehingga era Web 2.0 ini memiliki beberapa ciri mencolok yaitu share, collaborate dan exploit. Di era Web 2.0 sekarang, penggunaan web untuk berbagi, pertemanan, kolaborasi menjadi sesuatu yang penting. Web 2.0 hadir seiring maraknya pengguna blog, Friendster, Myspace, Youtube dan Fickr. Jadi disini kehidupan sosial di dunia maya benar-benar terasa. Era Web 2.0 tidak membutuhkan orang jenius yang hanya berkutat sendiri di ruang tertutup atau laboratorium untuk membuat teknologi baru yang dipatenkan agar membuat dirinya menjadi terkenal. Tapi era ini lebih membutuhkan orang untuk saling berbagi ilmu, pengalaman atau lainnya sehingga terbentuk komunitas online besar yang menghapuskan sifat-sifat individu. yang terpenting bukanlah klaim sebagai Web 2.0, namun mampukah dampak perkembangan tersebut menjembatani pengguna internet dengan kepentingan perusahaan, komunitas, atau pengguna Web 2.0.
Pengertian Web 2.0 yang mulanya berpusat pada konsumen pembaca/pengakses secara personal berkembang dan mulai berpusat pula pada pengguna korporat. Menurut Coach Wei (2006) Web 2.0 yang berpusat pada konsumen ia sebut Consumer 2.0 berkembang menjadi Enterprise 2.0. Aplikasi Web 2.0 yang awal perkembangannya didominasi untuk memampukan pembaca berinteraksi dengan pembuat berita dan pembaca lainnya, dalam Enterprise 2.0 aplikasi tersebut digunakan untuk mendukung operasi perusahaan. Misalnya untuk kegiatan iklan dengan adanya Google Adsense dan kegiatan humas dibantu adanya blog korporat.
Teknologi Web 2.0 mulai dikembangkan sekitar tahun 2004. Web 2.0 merupakan teknologi web yang menyatukan teknologi-teknologi yang dimiliki dalam membangun web. Penyatuan tersebut merupakan gabungan dari HTML, CSS, JavaScript, XML, dan AJAX. HTML selalu disandingkan dengan CSS untuk mempercantik tampilan web. JavaScript membuat tampilan yang dinamis. XML digunakan untuk mendefinisikan format data. AJAX adalah penggabungan dari JavaScript dan XML yang menekankan pada pengelolaan konten.
Aplikasi web 2.0 disajikan pada suatu web browser tidak memerlukan teknologi canggih dari sisi user, seerti MS Words,MS Excell,FrontPages dll. Teknologi Web 2.0 merupakan fasilitas yang gratis yang bisa digunakan tiap waktu. Masalah yang berkenaan dengan manajemen file juga tidak terlalu susah, selain itu filenya bisa disimpan dan bisa disharing oleh user lain, semacam napster (http://napster.com/). Salah satu teknologi web 2.0 ini bisa dilihat pada aplikasi spreadsheet milik Google yang mengolah angka-angka sepertihalnya MS Excel (http://spreadsheets.google.com).
Istilah “Web 2.0″ menjelaskan perubahan tren dalam penggunaan World Wide Web dan teknologi web desain yang bertujuan untuk meningkatkan kreativitas, komunikasi, aman berbagi informasi, kerjasama dan fungsi web. Web 2.0 telah mengarah ke konsep pengembangan dan evolusi web dan budaya masyarakat host layanan, seperti situs jaringan sosial, situs berbagi video, wiki, blog, dan folksonomies. Istilah menjadi terkemuka setelah pertama O’Reilly Media Web 2.0 konferensi pada tahun 2004. Walaupun istilah menyarankan sebuah versi baru dari World Wide Web, tidak lihat pembaruan untuk setiap spesifikasi teknis, tetapi mengacu pada cara perangkat lunak pengembang dan pengguna akhir memanfaatkan Web.
4. Beberapa pendapat tentang Web 2.0
- Menurut Tim O’Reilly, Web 2.0 dapat didefinisikan sebagai berikut:
“Web 2.0 adalah revolusi bisnis di industri komputer yang disebabkan oleh penggunaan internet sebagai platform, dan merupakan suatu percobaan untuk memahami berbagai aturan untuk mencapai keberhasilan pada platform baru tersebut. Salah satu aturan terutama adalah: Membangun aplikasi yang mengeksploitasi efek jaringan untuk mendapatkan lebih banyak lagi pengguna aplikasi tersebut”
- Terry Bali, di 3rd Edition Baru Media dijelaskan apa yang dia percaya untuk melukiskan perbedaan antara Web 1.0 dan Web 2.0.
“pindah dari website ke blog pribadi dan situs blog agregasi, dari penerbitan untuk partisipasi, dari konten web sebagai hasil dari besar-up ke depan investasi yang sedang berlangsung dan proses interaktif, dan dari sistem manajemen konten untuk link berdasarkan tag (folksonomy)”
- Tim Berners-Lee, penemu dari World Wide Web, telah mempertanyakan apakah dapat menggunakan satu istilah yang berarti dalam cara apapun, karena banyak dari komponen teknologi Web 2.0 sudah ada sejak awal hari dari Web.
5. Definisi dan Konsep Web 2.0
Web 2.0 encapsulates ide dari proliferasi dari interconnectivity dan interaktifitas web-konten yang disampaikan. Tim O’Reilly tentang Web 2.0 sebagai cara yang bisnis merangkul kekuatan dari web dan menggunakannya sebagai platform. O’Reilly menganggap bahwa Eric Schmidt ’s ringkasan slogan, tidak memerangi Internet, meliputi inti Web 2.0 – membangun aplikasi dan layanan sekitar fitur unik dari Internet, sebagaimana berlawanan dengan mengharapkan agar sesuai dengan Internet sebagai platform ( efektif “memerangi Internet”).
Dalam membuka pembicaraan pertama konferensi Web 2.0, O’Reilly dan John Battelle diringkas apa yang mereka melihat sebagai tema dari Web 2.0. Mereka menyatakan bahwa web telah menjadi platform, dengan software di atas tingkat satu perangkat, memanfaatkan kekuatan “Ekor yang panjang,” dan dengan data sebagai motor penggerak. Menurut O’Reilly dan Battelle, sebuah arsitektur partisipasi di mana pengguna dapat berkontribusi konten situs web menciptakan jaringan efek. Web 2.0 teknologi cenderung untuk mendorong inovasi dalam assembly dari sistem dan situs bersama-sama dengan menariknya terdiri dari fitur didistribusikan, pengembang independen. (Hal ini dapat dilihat sebagai semacam “open source” atau mungkin “Agile” proses pembangunan, konsisten dengan tujuan yang tradisional siklus adopsi perangkat lunak, dengan memberikan pengalaman yang disebut “beta terus-menerus”.)
Meskipun sudah menjadi pembicaraan sejak tahun 2004, Web 2.0 bukanlah kata yang umum bagi pengguna internet. Masih banyak pengguna yang mempertanyakan maksud dan manfaat dari penggunaan Web 2.0, terutama jika dibandingkan dengan web yang telah mereka kenal selama ini.
Ketika Web 2.0 disebut sebagai tahap kedua dari perkembangan web yang telah ada saat ini, muncul kekhawatiran akan tidak kompatibelnya versi web tersebut dengan program web browser yang dimiliki pengguna. Padahal tidak ada satupun teknologi di sisi pengguna (client) yang perlu di-upgrade untuk dapat mengakses web tersebut.
Perkembangan web 2.0 lebih menekankan pada perubahan cara berpikir dalam menyajikan konten dan tampilan di dalam sebuah website. Sebagian besar cara berpikir tersebut mengadaptasi gabungan dari teknologi web yang telah ada saat ini.
Walaupun definisi mengenai Web 2.0 masih belum secara utuh diformulasikan
sampai hari ini, ada pihak yang mengatakan bahwa Web 2.0 lebih menekankan pada social network atau jalinan sosial antara penggunanya seperti yang telah kita lihat selama ini dalam dunia Blog. Dengan adanya RSS (adalah teknologi penyampai berita. Kepanjangan RSS : Really Simple Syndication) di dalam Blog, informasi-informasi di dalam sebuah Blog dimungkinkan dapat diadaptasi, dikoleksi, dan di-share untuk menjadi bagian dari Blog lainnya.
Namun O’Reilly dan MediaLive International menekankan bahwa Web 2.0 merupakan sebuah platform bagi aplikasi. Mereka mendeskripsikan hal ini sebagai sebuah software yang berjalan melalui media internet dengan bantuan web browser dan tidak perlu diinstalasi terlebih dahulu seperti software-software yang umumnya kita gunakan sehari-hari. Bahkan konsep mengenai sistem operasi di dalam web juga masuk dalam definisi tersebut di dalam konferensi Web 2.0 pada tahun 2005.
Web 2.0 teknologi mendorong ringan model bisnis diaktifkan oleh sindikasi konten dan layanan dan kemudahan memilih oleh-oleh yang mengadopsi ide inovatif.
6. Karakteristik Web 2.0
Situs Web 2.0 memungkinkan pengguna untuk melakukan lebih dari sekedar mengambil informasi. Mereka dapat membangun pada fasilitas interaktif “Web 1.0″ untuk memberikan “Jaringan sebagai platform” komputasi, memungkinkan pengguna untuk menjalankan aplikasi software seluruhnya melalui browser. Pengguna dapat memiliki data pada situs Web 2.0 dan menjalankan kontrol atas bahwa data. situs ini mungkin memiliki “Arsitektur partisipasi” yang mendorong pengguna untuk menambah nilai untuk aplikasi seperti mereka menggunakannya. ini berdiri di kontras sangat lama ke website tradisional, yang sort yang terbatas pengunjung untuk melihat dan konten yang hanya pemilik situs dapat memodifikasi. Sering situs Web 2.0 yang kaya fitur, user-friendly antarmuka berdasarkan Ajax, OpenLaszlo, Flex mirip kaya atau media.
Kemudahan berinteraksi antara user dengan sistem merupakan tujuan dibangunnya teknologi Web 2.0. Interaksi tersebut tentunya haruslah diimbangi dengan kecepatan untuk mengakses, oleh karena itu diperlukan suatu bandwith yang cukup untuk loading data. Loading data tersebut dilakukan saat pertama kali membuka situs, data-data tersebut antara lain CSS, JavaScript, dan XML.
Salah satu karakteristik pentingnya adalah adanya dukungan pada pemrograman yang sederhana dan ide akan web service atau RSS. Ketersediaan RSS akan menciptakan kemudahan untuk di-remix oleh website lain dengan menggunakan tampilannya masing-masing dan dukungan pemrograman yang sederhana. Adanya kemajuan inovasi pada antar-muka di sisi pengguna merupakan karakter dari Web 2.0.
Konsep Web-sebagai-partisipasi-platform menangkap banyak karakteristik tersebut. Booster Decrem, seorang pendiri dan mantan CEO berkerumun, panggilan Web 2.0 yang “partisipatif Web” dan tentang Web-sebagai-informasi sebagai sumber-Web 1.0.
Kemustahilan yang tidak termasuk dari grup-anggota yang tidak berkontribusi untuk penyediaan barang dari berbagi keuntungan menimbulkan kemungkinan yang rasional anggota akan lebih memilih untuk menahan mereka dan kontribusi upaya-bebas naik pada kontribusi orang lain.
Karakteristik dai Web 2.0 adalah: kaya pengalaman pengguna, konten dinamis, metadata, web standar dan skalabilitas. Karakteristik lebih lanjut, seperti keterbukaan, kebebasan dan kecerdasan kolektif dengan cara partisipasi pengguna, juga dapat dilihat sebagai penting atribut Web 2.0.
7. Keuntungan Web 2.0:
1. Mudah untuk memasukkan data atau mengambil data dari system
2. Pengguna memiliki datanya sendiri pada situs
3. Berbasis web murni
8. Beberapa keuntungan lain dalam Web 2.0
1. Dalam hal user interface suatu situs web yang menggunakan teknologi flex (aplikasi rich internet berbasis flash dari macromedia yang sekarang adobe), lazlo(platform aplikasi flash open source) atau menggunakan ajax secara intensif seperti gmail atau google map maka situs itu bisa dikatakan merupakan situs tipe web 2.0.
2. Lalu pemanfaatan tag untuk pengkategorian data yang disubmit oleh user sendiri sehingga user lain dapat mencari atau menemukannya menggunakan tag-tag juga merupakan salah satu karateristik jenis web 2.0.
3. Desentralisasi seperti Napster atau pun Bittorrent juga merupakan bagian dari teknologi web 2.0 karena tidak ada server terpusat yang melayani berbagai kebutuhan pengguna tetapi mendayagunakan komputer jaringan pengguna yang ada di dalamnya.
4. Publikasi artikel, berita yang sebelumnya didominasi situs resmi seperti cnn.com, news.com, atau detik.com, kompas.com untuk Indonesia, sekarang sudah mulai disaingi oleh publikasi non resmi dari perorangan atau lembaga yang tidak ada hubungannya dengan publikasi data media seperti biasanya melalui blog sehingga kadangkala informasi dari blog bisa lebih cepat atau lengkap. Aplikasi blog ini juga merupakan bagian dari web 2.0.
5. Dalam aplikasi blog ini juga biasanya disediakan fasilitas sindikasi di mana kita dapat menampilkan judul berita dari sumber lain sehingga kita dapat menampilkan judul content dalam berbagai blog menggunakan aplikasi yang bisa membaca sindikasi itu, baik lewat browser web maupun aplikasi desktop. Ketersediaan sindikasi ini atau pemanfaatan sindikasi untuk menampilkan berita juga merupakan bagian dari teknologi web 2.0.
6. Pemanfaatan web service serta REST sebagai teknologi pendukung merupakan salah satu karakteristik web 2.0 di mana kita dapat membangun aplikasi web tanpa menyediakan atau membuat fungsi-fungsi pendukung aplikasi sendiri tetapi memanfaatkan fungsi-fungsi aplikasi yang disediakan dari web lain melalui kedua teknologi ini. Jadi misalkan anda ingin menyediakan search engine di situs Anda, maka Anda bisa membuat aplikasi yang memanggil fungsi-fungsi layanan search dari Google atau Yahoo menggunakan REST/Web Service sehingga seakan-akan aplikasi Anda dapat menyediakan layanan ini tanpa membuat fungsi search sendiri.
7. Pemanfaatan partisipasi user secara menyeluruh juga merupakan bagian karakteristik dari teknologi web 2.0, contohnya adalah Wikipedia di mana content dari wikipedia ini dibuat oleh banyak sekali pengunjung yang langsung dapat mengedit isi dari wikipedia sehingga wikipedia menjadi ensiklopedia dinamis yang terus bertambah isinya setiap saat sehingga dapat mengalahkan kelengkapan isi ensiklopedia lain.
8. Ebay, Amazon maupun Google juga merupakan situs-situs yang mempelopori web 2.0 di mana mereka memanfaatkan respon user untuk content atau layanan yang mereka sediakan.
9. PageRank dari Google memanfaatkan klik dari user pada hasil pencarian untuk memberikan penilaian ketepatan hasil pencarian, Ebay memanfaatkan pengguna untuk layanan jual beli melalui internet di mana penjual dapat dinilai oleh pembeli-pembelinya secara online, sedangkan Amazon merupakan situs e-commere yang memanfaatkan respons user untuk menghasilkan pencarian produk yang lebih sesuai serta memberikan informasi produk apa adanya melalui fasilitas review.
9. Karakter WEB 2.0
1. Web sebagai platform
2. Data sebagai pengendali utama
3. Efek jaringan diciptakan oleh arsitektur partisipasi
4. Inovasi dalam perakitan sistem serta situs disusun dengan menyatukan fitur dari pengembang yang terdistribusi dan independen (semacam model pengembangan “open source”)
5. Model bisnis yang ringan, yang dikembangkan dengan gabungan isi dan layanan
6. Akhir dari siklus peluncuran (release cycle) perangkat lunak.
7. Mudah untuk digunakan dan diadopsi oleh user
8. Teknologi yang dipakai adalah AJAX
10. Teknik yang digunakan
1. Memanfaatkan CSS (Cascade style to) untuk bahan isi dan presentasi
2. Falksonomi (metoda penandaan content dimana dengan konsep ini dimunculkan kata-kata yang berkaitan dengan content tersebut).
3. XML
4. Teknik Aplikasi Internet
5. HTML dan valid XHTML (eXtensible HyperText Markup Language).
6. Mendukung posting ke Weblog-publishing tools
7. Wiki atau forum software,dll
8. Microformat
9. MS ClickOnce
10. Teknik Rich Application seperti Ajax
11. Java Web Start
12. Flex/Lazlo/Flash
13. XUL
14. Syndikasi data dengan RSS/Atom
15. Agregasi dari RSS/Atom
16. URL yang bersih dan berarti
17. Menggunakan API REST (Representational State Transfer) atau XML Web Service
18. aspek jaringan social
11. Meskipun definisi Web 2.0 belum bisa diformulasikan secara pasti, terdapat tujuh prinsip yang mendasari karakter Web 2.0. Karakter tersebut antara lain :
1. web sebagai platform (Network as platform). Web 2.0 merupakan sebuah platform bagi aplikasi. Web dijadikan sebagai tempat bekerja di manapun kita berada. Cukup dengan membuka web browser, kita dapat mengerjakan tugas mengetik dokumen, perhitungan keuangan, atau merancang presentasi melalui aplikasi-aplikasi yang telah disediakan dan dapat dijalankan secara langsung melalui internet.
2. adanya partisipasi dari pengguna (Harnessing Collective Intelligence) dalam berkolaborasi pengetahuan. mengingatkan akan pemberian kepercayaan kepada pengguna internet untuk dapat berpartisipasi dalam berbagi pengetahuan di Wikipedia, sebuah ensiklopedia berbasis web yang disusun berdasarkan masukan-masukan pengguna internet di seluruh dunia.
3. data menjadi trademark-nya aplikasi (Data is the Next Intel Inside)
mengingatkan kita pada slogan “Intel Inside” yang telah melambungkan nama prosesor Intel di kalangan pengguna komputer. Trademark tersebut telah menjadi suatu garansi kepercayaan dari pengguna akan kemampuan komputer yang akan ataupun sudah dibelinya. Maksud yang sama juga diusung oleh karakteristik ketiga ini, di mana suplier data akan memberikan trademark yang akan digunakan oleh pemilik website untuk memberikan garansi kepercayaan kepada pengunjungnya. Sebagai contoh adalah “Nevteq Onboard” untuk data peta pada sistem navigasi GPS dan “Powered by Google” untuk dukungan Google Maps pada peta dunia berbasis web.
4. sebagai akhir dari siklus peluncuran produk software (End of the Software Release Cycle). mengilustrasikan bahwa setiap produsen software tidak lagi meluncurkan produknya dalam bentuk fisik. Karena web menjadi platform, pengguna cukup datang ke website untuk menjalankan aplikasi yang ingin mereka gunakan. Hasil dari pengembangan fitur di dalam software dapat langsung dirasakan oleh pengguna. Software tidak lagi dijual sebagai produk namun berupa layanan (service). Produsen yang memberikan pelayanan yang cepat dan bagus, akan menjadi pilihan pengguna.
5. dukungan pada pemrograman yang sederhana dan ide akan web service atau RSS (RSS & XML Technology). Ketersediaan RSS akan menciptakan kemudahan untuk di-remix oleh website lain dengan menggunakan tampilannya masing-masing dan dukungan pemrograman yang sederhana.
6. software tidak lagi terbatas pada perangkat tertentu. hal ini mempertegas posisi web sebagai platform dimana setiap perangkat dapat mengaksesnya. Komputer tidak lagi menjadi satu-satunya perangkat yang dapat menjalankan berbagai aplikasi di internet. Setiap aplikasi harus didesain untuk dapat digunakan pada komputer pribadi, perangkat genggam seperti ponsel dan PDA, ataupun server internet.
7. adanya kemajuan inovasi pada antar-muka (interface) di sisi pengguna (Rich User Experiences). dukungan AJAX yang menggabungkan HTML, CSS, Javascript, dan XML pada Yahoo!Mail Beta dan Gmail membuat pengguna merasakan nilai lebih dari sekedar situs penyedia e-mail. Kombinasi media komunikasi seperti Instant Messenger (IM) dan Voice over IP (VoIP) akan semakin memperkuat karakter Web 2.0 di dalam situs tersebut.
12. Tim O’Reilly sebagai orang yang memperkenalkan istilah Web 2.0 sebenarnya pun tidak mengatakan bahwa Web 2.0 sama sekali berbeda. Ia mengakui bahwa Web 2.0 merupakan aplikasi berbasis web yang diperkaya oleh serangkaian aplikasi lain. Dalam artikelnya yang bersejarah dan banyak dikutip untuk menjelaskan Web 2.0, ia menekankan tentang perubahan paradigma dalam menggunakan aplikasi web, yaitu:
1. Arsitektur yang memampukan partisipasi. Sebelumnya konten web hanya menayangkan tanpa diikuti aplikasi yang memungkinkan pembaca secara langsung menanggapi dan menayangkan tanggapannya. Demikian pula halaman Web 1.0 tidak mengijinkan pembaca secara langsung menayangkan konten mereka sendiri.
2. Mengumpulkan kekayaan intelektual bersama. Pembaca yang menanggapi artikel dan menyumbangkan artikel tanpa harus tahu pemrograman HTML menjadikan semakin banyaknya konten yang bermanfaat jika dikumpulkan. Google, Yahoo, Flickr, Youtube, dan Wikipedia merupakan perusahaan-perusahaan yang awalnya kecil menjadi sangat besar dari mengumpulkan konten yang ada di internet.
3. Pengaruh jaringan menjadikan konten suatu web yang mulanya sedikit menjadi berlipat ganda dalam waktu singkat. Ketika seseorang menayangkan artikel atau kontennya dan ditanggapi oleh orang lain yang juga mengakses konten, maka semakin banyak lalulintas pengakses. Hal itu terutama terjadi pada jaringan sosial seperti Facebook, Friendster, dan MySpace.
13. O’Reilly memberikan contoh produk atau perusahaan yang mewujudkan prinsip-prinsip ini dalam keterangan dari empat tingkatan dalam hirarki dari situs Web 2.0:
1. Tingkat-3 aplikasi, yang paling “Web 2.0″ berorientasi, hanya ada di Internet, deriving mereka efektivitas dari koneksi antar manusia dan jaringan dari efek yang mungkin membuat Web 2.0, dan efektivitas yang tumbuh di dalam proporsi sebagai orang membuat lebih menggunakannya. O’Reilly gave eBay , Craigslist , Wikipedia , del.icio.us , Skype , dodgeball , and AdSense as examples. O’Reilly memberikan eBay, Craigslist, Wikipedia, del.icio.us, Skype, dodgeball, dan AdSense sebagai contoh.
2. Tingkat-2 aplikasi dapat beroperasi offline tetapi mendapatkan keuntungan dari sistem online. O’Reilly dikutip Flickr, yang manfaat dari berbagi foto-database dan dari masyarakat-tag database yang dihasilkan.
3. Tingkat-1 aplikasi beroperasi offline tetapi mendapatkan fitur-line. O’Reilly menunjuk ke Writely (sekarang Google Docs & Spreadsheets) dan the killers, panik (karena musik-toko porsi).
4. Tingkat 0-aplikasi juga bekerja secara offline sebagai line. O’Reilly memberikan contoh MapQuest, Yahoo! Lokal, dan Google Maps (pemetaan-aplikasi yang menggunakan kontribusi dari pengguna untuk keuntungan dapat peringkat sebagai “tingkat 2″).
Non-web aplikasi seperti email, pesan instan-klien, dan telepon di atas jatuh di luar hirarki.
14. MS Word berbasis Web
Kita dapat menjalankan program pengolah kata seperti Microsoft Word, serta
mengubah dokumen dengan hanya mengunjungi situs yang menyediakan program tersebut. Karena program tersebut dapat dijalankan melalui web browser, tidak perlu melakukan instalasi program apapun di dalam komputer.
Beberapa praktisi internet telah mengenal kemampuan tersebut dalam AJAX
(Asynchronous Javascript and XML), yang menggabungkan teknologi HTML, CSS, Javascript, dan XML dalam menciptakan aplikasi website yang dinamis. Contoh aplikasi tersebut dapat dilihat pada Google yang menyediakan program sejenis Microsoft Excel melalui situsnya di http://spreadsheets.google.com. Melalui aplikasi di dalam situs tersebut, kita dapat membuka dan mengolah dokumen spreadsheet yang dimiliki. Bahkan dokumen tersebut dapat di-sharing ke beberapa rekan di internet. Dengan adanya fasilitas penyimpanan, pengguna tidak lagi membutuhkan media penyimpanan konvensional seperti disket atau flash disk. Pengolahan data dan penyimpanan dokumen, bahkan sharing dokumen, dapat dilakukan hanya dalam satu jendela web browser.
15. Partisipasi Pengguna
Web 2.0 akan melibatkan pengguna dalam membangun konten. Contoh sederhana ketika kita membuka Google dan mengetikkan kata kunci kemudian klik tombol cari. Puluhan, ratusan bahkan ribuan halaman yang setiap halamannya berisi sepuluh link ke alamat website lain yang mengandung kata kunci yang kita cari. Yang jadi pertanyaan, siapakah yang menulis berpuluh-puluh halaman berisi link2 tersebut?? Yang menuliskan adalah pengguna lain. Bukan webmaster google. Google hanya menampilkannya. Contoh lainnya adalah Friendster. Developer Friendster hanya menyediakan halaman kosong yang berisi form untuk diisi penggunanya sebagaimana google. Seluruh konten Friendster dibangun oleh pengguna masing-masing. Adanya partisipasi dari pengguna inilah yang membedakan antara web 1.0 dengan web 2.0. Selain aplikasi serac engine Google dan Social Networking Friendster, partisipasi pengguna dapat ditemukan dalam blog yang aktif menampilkan RSS dari blog lain.
16. Web Application
Pada perkembangan selanjutnya, web application tidak hanya berhenti pada sisi server yang hanya melibatkan pengguna untuk memasukkan data ke dalam form, mengeksekusnya di server, kemudian mengirimkan kembali ke client dalam format HTML. Saat ini, pengembang web application telah membuat aplikasi yang dapat berjalan dan dieksekusi di komputer client, yang kita kenal dengan istilah Rich Internet Application (RIA). RIA adalah web application yang memiliki fitur dan fungsionalitas yang sama dengan aplikasi desktop biasa. Aplikasi ini diakses melalui web browser, data-data yang dikerjakan tersimpan di server. Contoh web application ini adalah http://docs.google.com atauhttp://spreadsheets.google.com.
Dengannya, kita tidak perlu menginstal MS Word atau MS Excel untuk mengedit naskah ketikan atau hitungan. Untuk memasukinya tentunya dibutuhkan account google. Konsekuensi dari penggunaan web application ini harus memiliki bandwith yang besar untuk mendownload aplikasi.
17. Teknologi Sekilas
Yang kadang-kadang rumit dan terus berkembang dari infrastruktur teknologi Web 2.0 termasuk server-perangkat lunak, konten-sindikasi, pesan-protokol, standar-berorientasi browser dengan plugins dan ekstensi, dan berbagai aplikasi-klien. Berbobot, belum melengkapi pendekatan tersebut unsur menyediakan situs Web 2.0 dengan informasi-penyimpanan, penciptaan, diseminasi dan tantangan dan kemampuan yang luar apa yang diharapkan masyarakat sebelumnya dalam lingkungan yang disebut “Web 1.0″.
Web 2.0 website biasanya mencakup beberapa fitur berikut / teknik yang Andrew McAfee SLATES akronim yang digunakan untuk merujuk kepada mereka:
1. Cari: kemudahan untuk menemukan informasi melalui pencarian kata kunci yang membuat platform berharga.
2. Link: panduan penting untuk potongan-potongan informasi. The best pages are the most frequently linked to. Halaman yang terbaik adalah yang paling sering terkait dengan.
3. Authoring: kemampuan untuk membuat terus memperbarui konten melalui satu platform yang berpindah dari penciptaan beberapa menjadi terus diperbarui, saling bekerja. Dalam wiki, konten adalah berulang dalam arti bahwa masyarakat dan membatalkan langkah kerja masing-masing. Dalam blog, konten adalah kumulatif yang di posting dan komentar-komentar dari individu diakumulasi dari waktu ke waktu.
4. Tags: kategorisasi konten dengan membuat tag yang sederhana, satu-kata keterangan untuk memudahkan pencarian dan menghindari kaku, kategori pra-dibuat.
5. Ekstensi: otomatisasi beberapa tugas dan pola yang cocok dengan menggunakan algoritma misalnya amazon.com rekomendasi.
6. Sinyal: penggunaan RSS (Really Simple Syndication) teknologi untuk memberitahukan pengguna dengan perubahan apapun dari konten dengan mengirim e-mail kepada mereka.
C. Web 3.0
Ini adalah contoh dari Web 3.0
Konsep ini dapat diandaikan sebuah website sebagai sebuah intelektualitas buatan (Artificial Intelegence). Aplikasi – aplikasi online dalam website dapat saling berinteraksi. Kemampuan interaksi ini dimulai dengan adanya web service. Jadi, disini web seolah-olah sudah seperti asisten pribadi kita. Web mulai mengerti kebutuhan kita dengan bisa memberi saran atau nasehat kita, menyediakan apa yang kita butuhkan. Dengan menggunakan teknologi 3D animasi, kita bisa membuat profil avatar yang sesuai dengan karakter, kemudian melakukan aktivitas di dunia maya seperti layaknya di dunia nyata. Kita bisa berjalan-jalan, pergi ke mall, bercakap-cakap dengan teman yang lain. Namun lambat laun kebiasaan dan kebutuhan orang di dunia maya selalu berubah dan bertambah. Hal ini juga sejalan dengan semakin cepatnya akses internet broadband dan teknologi komputer yang semakin canggih. Jika pada telekomunikasi sudah mulai terdengar isu era 4G, begitu juga yang terjadi pada dunia website yang juga memunculkan isu akan segera hadirnya era baru yaitu Web 3.0. Teknologi web generasi ketiga ini merupakan perkembangan lebih maju dari Web 2.0 dimana disini web seolah-olah sudah seperti kehidupan di alam nyata. Web 3.0 memiliki ciri-ciri umum seperti suggest, happen dan provide.
Web 3,0 adalah salah satu istilah yang digunakan untuk menggambarkan tahap evolusioner dari Web yang berikut Web 2.0. Mengingat bahwa teknis dan sosial dalam mengidentifikasi kemungkinan kedua istilah ini belum sepenuhnya menyadari sifat mendefinisikan Web 3,0 sangat spekulatif. Secara umum merujuk kepada aspek yang internet, walaupun mungkin berpotensi, secara teknis tidak layak atau praktis saat ini.
1. Teknologi WEB 3.0
1. SOAP
Simple Object Access Protocol) adalah standar untuk bertukar pesan-pesan berbasis XML melalui jaringan komputer atau sebuah jalan untuk program yang berjalan pada suatu sistem operasi (OS) untuk berkomunikasi dengan program pada OS yang sama maupun berbeda dengan menggunakan HTTP dan XML sebagai mekanisme untuk pertukaran data.
2. REST
representational state transfer atau transfer keadaan representasi, adalah suatu gaya arsitektur perangkat lunak untuk untuk pendistibusian sistem hipermedia seperti WWW.
3. WSDL
format XML yang diterbitkan untuk menerangkan webservice. WSDL mendefinisikan:
a. pesan-pesan (baik yang abstrak dan kongkrit) yang dikirim ke dan menuju web service
b. koleksi-koleksi digital dari pesan-pesan (port type, antarmuka)
c. Bagaimana port type yang ditentukan dijadikan wire protokol di mana servis ditempatkan.
4. WDDX
Web Distributed Data eXchange.
Mekanisme pertukaran data dari lingkungan yang berbeda
2. Buatan Indonesia
Di web 3.0 ini, sudah terjadi konvergensi yang sangat dekat antara dunia TI dengan dunia telekomunikasi. Dunia web dan telekomunikasi berkembang pesat seiring dengan kebutuhan pengguna. Penggunaan perangkat TI dan telekomunikasi nantinya sudah seperti sama saja tidak ada bedanya. Saat ini saja pertanda seperti itu sudah mulai bisa kita rasakan walaupun masih belum sempurna. Kita bisa menonton TV di ponsel atau komputer, bisa mengakses internet di ponsel, bisa melakukan SMS dan telepon dari komputer. Karena konvergensi terhadap berbagai perangkat seperti hukum alam yang tidak bisa dielakkan. Semua mengalami evolusi menuju dunia yang lebih maju.
Saat ini sudah ada website sebagai tanda bakal masuknya era web 3.0 salah satunya adalah pada situs secondlife.com . Dan yang juga cukup membanggakan kita adalah, Indonesia sudah mampu untuk masuk ke dunia Web 3.0 ini dengan hadirnya lilofriends.com . Situs yang sudah mendekati model Web 3.0 asli karya anak bangsa yang dikembangkan oleh dikembangkan oleh Li’L Online Games dengan engine dari Altermyth Studio. Banyak lagi contoh lain karya anak bangsa berkualitas tinggi yang patut menjadi kebanggaan dan tidak kalah dengan produk buatan bangsa lain.
3. Usulan definisi diperluas
Web 3.0, sebuah frase coined oleh John Markoff dari New York Times di tahun 2006, seharusnya merujuk ke generasi ketiga dari layanan berbasis Internet secara kolektif yang terdiri dari apa yang mungkin disebut ‘yang cerdas Web’-seperti orang-orang semantik menggunakan web, microformats, alam bahasa pencarian, data pertambangan, mesin belajar, rekomendasi agen, dan teknologi kecerdasan buatan yang menekankan-mesin-memfasilitasi pemahaman informasi dalam rangka untuk memberikan yang lebih produktif dan intuitif pengalaman pengguna.
Nova Spivack mendefinisikan Web 3,0 sepertiga dekade Web (2010-2020) yang selama ia menyarankan beberapa tren utama melengkapi teknologi baru akan mencapai tingkat jatuh tempo secara bersamaan termasuk:
1. transformasi dari Web dari jaringan secara terpisah siloed aplikasi dan konten untuk repositori yang lebih halus dan seluruh interoperable.
2. konektivitas di mana-mana, broadband adopsi, mobile akses Internet dan perangkat mobile;
3. jaringan komputer, perangkat lunak-sebagai-sebuah-layanan bisnis model, layanan Web interoperabilitas, didistribusikan komputasi, komputasi grid dan komputasi awan;
4. teknologi terbuka, terbuka API dan protokol, membuka format data, perangkat lunak open source platform terbuka dan data (misalnya Creative Commons, Buka Data Lisensi);
5. membuka identitas, OpenID, buka reputasi, jelajah portabel identitas dan data pribadi;
6. web yang cerdas, Web semantik teknologi seperti RDF, Owl, SWRL, SPARQL, GRDDL, arti kata aplikasi platform, dan pernyataan-berbasis datastores;
7. didistribusikan database, yang “World Wide Database” (diaktifkan oleh teknologi Web semantik); dan
8. cerdas aplikasi, bahasa alam pengolahan. [2], belajar komputer, mesin Pemikiran, agen otonom.
4. Penelitian di bawah Spivack’s definisi
1. Transformasi
Web 3,0 dideskripsikan sebagai “dieksekusi web”. Dalam analogi untuk file sistem perizinan, Web 1,0 adalah “hanya-baca”, Web 2.0 adalah “baca-tulis”, dan 3,0 Web akan “baca-tulis-jalankan”. Dengan masih eksponensial pertumbuhan daya komputer , Tidak tak dpt bahwa situs generasi berikutnya akan dilengkapi dengan sumber daya untuk pengguna menjalankan kode-kontribusi pada mereka. The “dieksekusi web” dapat morph line aplikasi ke Omni Fungsional Platform yang menyampaikan satu daripada antarmuka node dari beberapa fungsi.
2. Jaringan komputer
Terkait dengan arah kecerdasan buatan, Web 3,0 dapat realisasi dan perpanjangan dari semantik web konsep. Akademik penelitian sedang dilakukan untuk mengembangkan perangkat lunak untuk alasan, berdasarkan keterangan logika dan cerdas agen, misalnya, World Wide Mind proyek. aplikasi tersebut dapat melakukan operasi menggunakan alasan logis set aturan yang menyatakan logis hubungan antara konsep dan data di Web. Sramana Mitra berbeda pada sudut pandang yang semantik Web akan menjadi inti dari generasi berikutnya dari Internet dan mengusulkan sebuah formula untuk encapsulate Web 3,0. [8] Web 3,0 juga telah terhubung dengan kemungkinan konvergensi dari SOA dan semantik web. Web 3,0 juga disebut “Layanan Internet”, yaitu selain manusia dibaca bagian dari web akan ada mesin diakses SOA layanan yang dapat dikombinasikan / orchestrated ke tingkat yang lebih tinggi dari layanan.
3. Didistribusikan database
Langkah pertama menuju sebuah “Web 3,0″ adalah munculnya “The Data Web” sebagai catatan data terstruktur diterbitkan untuk digunakan lagi di Web dan jauh queryable format, seperti XML, RDF, Website Parse Template dan microformats. Hal ini juga dikenal sebagai bottom up. terbaru pertumbuhan SPARQL menyediakan teknologi standar bahasa dan permintaan API untuk mencari di database RDF didistribusikan di Web. Data Web memungkinkan tingkatan baru dari data integrasi dan interoperabilitas aplikasi, membuat data sebagai terbuka dan dapat diakses linkable sebagai halaman Web. Data Web merupakan langkah pertama pada path penuh terhadap semantik Web. Pada tahap Data Web, fokus pada prinsipnya adalah membuat struktur data yang tersedia menggunakan RDF. Web semantik lengkap tahap akan memperluas cakupan tersebut terstruktur data yang baik dan bahkan apa yang secara tradisional dianggap googling atau semi-terstruktur konten (seperti halaman web, dokumen, dll) akan tersedia secara luas dalam arti kata Owl dan RDF format. Website parse template akan digunakan oleh Web 3,0 crawlers lebih tepat untuk mendapatkan informasi tentang situs web ‘terstruktur konten.
4. Intelligent aplikasi
Web 3,0 juga telah digunakan untuk menjelaskan sebuah evolusioner path untuk Web yang mengarah ke kecerdasan buatan yang dapat alasan tentang Web dalam mode setengah-manusia. Beberapa skeptics hal ini sebagai visi tak dpt diperoleh. Namun, perusahaan seperti IBM dan Google akan menerapkan teknologi baru yang mengejutkan Nya informasi seperti membuat prediksi dari lagu hit dari pertambangan informasi pada situs Web kampus musik. Ada juga perdebatan atas apakah motor penggerak di belakang 3,0 Web akan diberikan oleh sistem, atau apakah intelijen akan muncul dalam mode yang lebih organik, dari sistem orang cerdas, seperti melalui kolaborasi penyaringan layanan seperti del.icio.us, Flickr dan Digg berarti bahwa ekstrak dan pesanan dari Web yang ada dan bagaimana berinteraksi dengan orang itu.
5. Lain potensi penelitian
1. Ruang 3D
Jalan lain mungkin untuk Web 3,0 adalah terhadap 3 dimensi visi championed oleh Konsorsium Web3D. Hal ini akan melibatkan Web menjadi serangkaian ruang 3D, dengan konsep menyadari dengan Second Life lebih lanjut. [13] Hal ini dapat membuka cara baru untuk menghubungkan berkolaborasi dan berbagi 3D menggunakan spasi.
2. Penelitian sosio-teknologi
Keterlibatan dari konsep “Web 0.0″ sebagai pra-nyata-dunia yang ada “sensual web” telah diusulkan. Dalam konteks Web 3,0 adalah pengembangan serangkaian dimana integrasi dari teknologi digital untuk jaringan dan pengolahan adalah dicerna dan non tdk yang baru “dunia nyata”. Dalam definisi ini, Web 3,0 adalah “yang biologi, digital analog web di mana informasi yang terbuat dari kebanyakan digital nilai coalesced untuk rasa dan terkait dengan real-dunia dengan antarmuka analog.”
D. Pada TechNet Summit pada bulan November 2006, Reed Hastings, pendiri dan CEO Netflix, menyatakan rumus sederhana untuk mendefinisikan tahapan Web:
“Web 1,0 adalah dial-up, 50K bandwidth rata-rata, Web 2.0 adalah rata-rata 1 megabit bandwidth dan 3,0 Web akan 10 megabits bandwidth semua waktu, yang akan menjadi penuh video Web, dan yang akan merasa seperti 3,0 Web.”

D WEB 4.0

Konsep Web 4.0/4.x adalah private secretary dalam bentuk organisme buatan. Setiap hari seseorang pasti mempunyai sebuah rutinitas. Apapun bentuk rutinitasnya , seluruh rutinitas tersebut bisa diketahui oleh aplikasi komputer/program/tools/device yang kita miliki yang dijalankan secara online. Jadi kemanapun seseorang pergi, dan apapun yang dilakukan semuanya direcord oleh alat-alat tersebut yang nantinya akan digunakan jika ingin mengetahui informasi apa yang dibutuhkan, bahkan teknologi ini bisa mengingatkan, menginterupsi dan memberikan informasi manakala ada perubahan dari sebuah sechedule/rutinitas, membantu melakukan pencarian. Inti dari Web 4.0. dapat mengetahui apa saja yang kita lakukan, dan dia juga bisa membantu dalam melakukan pencarian informasi, menyimpan histori pencarian, bahkan mempertemukan orang-orang yang mencari informasi yang sama.
Menurut Seth Godin dalam blognya, syarat utama teknologi Web 4.0 :

1. Ubiquity

Syarat ini dibutuhkan karena domain dari teknologi Web 4.0 adalah aktivitas bukan hanya sekedar data, dan sebagian besar aktivitas manusia berjalan offline.
2. Identity

Karena distribusi informasi spesifik ditujukan dan didedikasikan untuk seseorang/pribadi sehingga diperlukan informasi mengenai identitas pribadi yang bersangkutan, rutinitasnya dan apa yang dibutuhkan oleh pribadi tersebut.
3. Connection

Tanpa relasi/hubungan seseorang tidak ada artinya dalam teknologi Web 4.0 karena teknologi ini dikembangkan untuk kepentingan ini (making connection).



Pebedaan Web


Sedangkan letak perbedaan Web 1.0 dan Web 2.0 yaitu :

    1. Perilaku pengguna Membaca Menulis

     2. Pelaku utama Perusahaan Pengguna/Komunitas

     3. Hubungan dengan server Client-server Peer to peer

     4. Bahasa pemrograman penampil konten HTML XML

     5. Pola hubungan penerbit-pengguna Searah Dua arah/ Interaktif

     6. Pengelolaan konten Taksonomi/direktori Folksonomi/penanda/tag

     7. Penayangan berbagai kanal informasi Portal RSS/Sindikasi

     8. Hubungan antar pengakses Tidak ada Berjejaring

     9. Sumber konten Penerbit/pemilik situs Pengguna

Yang menjadi kunci perbedaan dalam Web 2.0 dan Web 1.0 adalah keterbatasan pada Web 1.0 yang mengharuskan pengguna internet untuk datang ke dalam website tersebut dan melihat satu persatu konten di dalamnya.Sedangkan Web 2.0 memungkinkan pengguna internet dapat melihat konten suatu website tanpa harus berkunjung ke alamat situs yang bersangkutan.Kemampuan web 2.0 dalam melakukan aktivitas drag and drop, auto complete, chat, voice dapat dilakukan layaknya aplikasi desktop.

Selanjutnya adalah Web 3.0, jika dunia seluler dikenal istilah 3G, maka di Internet ada yang namanya Web 3.0. Wow, apa pula ini? Apa bedanya dengan Web 2.0 yang sekarang sedang marak? Jangan salah, ternyata orang Indonesia juga sudah ada yang mengembangkannya.Konsep ini dapat diandaikan sebuah website sebagai sebuah intelektualitas buatan (Artificial Intelegence).Aplikasi – aplikasi online dalam website dapat saling berinteraksi, kemampuan interaksi ini dimulai dengan adanya web service. Di web 3.0 ini, sudah terjadi konvergensi yang sangat dekat antara dunia TI dengan dunia telekomunikasi. Dunia web dan telco berkembang pesat seiring dengan kebutuhan pengguna. Penggunaan perangkat TI dan telekomunikasi nantinya sudah seperti sama saja tidak ada bedanya. Saat ini saja pertanda seperti itu sudah mulai bisa kita rasakan walaupun masih belum sempurna. Kita bisa menonton tivi di ponsel atau komputer, bisa mengakses internet di ponsel, bisa melakukan SMS dan telepon dari komputer. Ya karena konvergensi terhadap berbagai perangkat seperti hukum alam yang tidak bisa dielakkan. Semua mengalami evolusi menuju dunia yang lebih maju.

Permasalahan lain yang potensial muncul adalah, sebagai teknologi masa depan, Web 3.0 juga membutuhkan kecepatan akses Internet yang memadahi dan spesifikasi komputer yang tidak enteng, hal ini disebabkan tak lain karena teknologi ini secara visual berbasis 3D. Sedangkan seperti yang kita tahu biaya akses Internet dengan kecepatan tinggi di Indonesia ini masih terbilang mahal bagi masyarakat umum. Belum lagi jika dihitung dari biaya spesifikasi perangkat komputer yang dibutuhkan, mungkin masyarakat Indonesia yang ingin menikmati kecanggihan layanan berbasis teknologi Web 3.0 masih harus menarik napas penjang. Namun karena Web 3.0 sendiri masih dalam pengembangan, seiring dengan berlalunya waktu sebagai masyarakat Indonesia kita masih bisa mengharapkan bahwa biaya komunikasi, dalam hal ini koneksi Internet kecepatan tinggi akan semakin murah nantinya, sehingga terjangkau bagi masyarakat luas. Saat ini adaptasi Web 3.0 mulai dikembangkan oleh beberapa perusahaan di dunia seperti secondlife, Google Co-Ops, bahkan di Indonesia sendiri juga sudah ada yang mulai mengembangkannya, yaitu Li’L Online (LILO) Community.



Jumat, 18 Oktober 2013

WINDOWS 8.1 TELAH DIRILIS

start screen pada windows 8.1

Microsoft telah mengumumkan update terbaru yaitu
Windows 8.1 yang merupakan free update bagi pengguna windows 8

Berikut adalah beberapa perubahan dan penambahan fitur-fitur pada windows 8.1.


Kembalinya tombol Start

Sebelum Windows 8 diluncurkan, para pengguna dapat dengan mudah membuka aplikasi, mencari fitur Control Panel, hingga mematikan PC. Hal tersebut disebabkan semua fitur dijejali oleh Microsoft ke dalam sebuah tombol, yaitu Start.

Maka, tidak heran apabila pengguna lama Windows kesulitan setelah menyadari bahwa Windows 8 sudah tidak lagi hadir dengan tombol Start. Untuk melihat aplikasi yang ada, pengguna harus masuk ke tampilan Metro, sedangkan tombol menu Control Panel dan tombol Shutdown disatukan ke sebuah tempat yang dinamakan Charm Bar.

Setelah banyak menerima keluhan terkait tombol ini, Microsoft akhirnya mengembalikan tombol "Start" tersebut ke Windows 8.1. Namun, fungsinya sedikit berbeda dibandingkan dengan OS generasi sebelumnya. Tombol "baru" ini sebenarnya hanya menampilkan Start Screen ala Metro ketika diklik. 

Tidak ingin menampilkan tampilan Metro ketika tombol ini diklik? Dengan sebuah pengaturan, pengguna dapat mengubah tampilan menjadi "All Apps" untuk mengembalikan cara kerja tombol Start tradisional.

Pengguna pun bisa mengakses beberapa menu lain, seperti Task Manager, Control Panel, Search, dan Run. Caranya adalah dengan mengklik kanan tombol Start, secara otomatis menu-menu tersebut akan ditampilkan.

Lock Screen yang lebih keren 

Layar Lock di Windows 8.1 tidak tampil monoton. Layar ini tampil lebih interaktif dari Windows 8. Pengguna bisa memasang slideshow foto, menerima panggilan Skype, dan mengakses kamera langsung dari layar tersebut.

Kustomisasi secara bebas

Microsoft mengizinkan kustomisasi yang lebih banyak ke para pengguna. Salah satu contoh kustomisasi tersebut adalah pengguna kini dapat menyamakan wallpaper tampilan desktop dan tampilan Metro. Fitur ini membuat pengguna tidak akan terlalu kebingungan apabila ingin berpindah dari desktop ke Start Screen.

Pengguna tetap dapat mengubah ukuran kotak yang ada di tampilan Metro. Namun, caranya sedikit berbeda. Untuk mengubah dan memindahkan kotak-kotak aplikasi, pengguna harus menahannya terlebih dahulu. Hal tersebut terlihat kurang intuitif, tetapi ini dapat mencegah pergerakan atau perubahan ukuran kotak secara tidak sengaja.

Perubahan fitur Search

Fitur Search di Windows 8.1 hadir lebih menarik. Sistem akan mencari semua hal yang berkaitan dengan kata-kata yang ingin dicari oleh pengguna. Sistem melakukan pencarian dari hard drive yang ada di PC dan situs. Contohnya, apabila pengguna mengetik kata "Kompas", maka sistem akan mencari file yang berkaitan dengan kata tersebut di PC dan juga internet.

Melalui fitur ini, pengguna juga bisa langsung menjalankan aplikasi. Caranya, ketikkan beberapa huruf nama software, maka akan muncul daftar hasil pencarian. Klik saja nama aplikasi yang diinginkan, maka sistem secara otomatis akan menjalankan software ini.

Windows 8.1 bisa jalankan empat aplikasi bersamaan 

Multitasking merupakan fitur yang sudah ada di Windows sejak dulu. Microsoft meningkatkan kemampuan tersebut di Windows 8.1. Pengguna dapat menjalankan empat aplikasi sekaligus dalam sebuah layar terpisah.

Namun, fitur ini sangat bergantung pada ukuran layar. Contohnya, apabila pengguna menggunakan layar monitor 27 inci, sistem bisa menampilkan empat aplikasi tersebut dengan sangat baik. Apabila menggunakan tablet 8 inci, sistem hanya mampu menampilkan 2 window aplikasi saja. 

Aplikasi di-"update" secara otomatis

Aplikasi yang diunduh dari toko aplikasi Microsoft akan langsung diperbarui apabila pihak pengembang merilis versi barunya.

"Boot" langsung ke tampilan "desktop" klasik

Di Windows 8, saat PC boot-up, pengguna akan langsung dibawa ke tampilan Metro. Nah, di OS baru ini, pengguna bisa mengatur, pada saat boot-up, sistem membawa mereka ke tampilan desktop.

Caranya pun cukup mudah. Di tampilan desktop, klik kanan di task bar, kemudian pilih "Go to the desktop instead of Start when I sign in".
Sumber :

Kamis, 17 Oktober 2013

A Little History of the G Mobile Generations


    



   It would be heedless to say that we haven’t come a long way as far as mobile technology is concerned.  The first cell phones could barely keep a call connected let alone send a text message and now we are streaming content across the wireless spectrum while cruising the web and talking to friends.  A long way indeed.  Where does it go from here and will the wireless spectrum stand up to the test? We will soon find 
out.

2G Rises to the Challenge

       When smart phones were first introduced, there was no texting as well as undoubtedly horrible connections. Then came 2G or 2nd Generation networks as well as by having them came the capability to transfer and get information, although the velocities were actually sluggish - 9.6 kb|s - slower than the old, screechy, modems that we used to utilize in the early days of the Internet. Slowly technological innovation strengthened and information rates were raised, by having the latter types of 2G getting to speeds of about 56kb|s and we thought that was fast!

3G is Introduced

      3G or the 3rd Generation of mobile technology innovations took us by storm with speeds of about 4 times quicker than the old 2G standards. With initial speeds of around 200kb|s and steady transformation of the technological innovations saw maximum speeds of up to  7.2 Mb|s and we were awed by the things that could be accomplished. The latter speeds were just numbers because the highest rates were not achievable unless you were in the right spot at the right time.  Still quite an improvement.
Currently 4th Generation technologies are being presented around the world and devices are being made available that may enjoy this brand-new mobile advancement in speeds and reliability.

However exactly what is 4G?

      4G or the 4th Generation Mobile standards is a series of measures that defines the demands of a 4G network and also the standards that must be met. The existing common standard specifies a 4G network as one that offers 100Mb|s for individuals on the move as well as which supplies 1Gb|s to an immobile location or one shifting at a slow-moving speed, or standing still in that perfect spot for instance.  There are many variable involved that profusely degenerates the speed that you will actually be capable of utilizing.
Yes there are 4G devices available that can take advantage of the high speed networks being built but that network has a long way to go before most of us realize the true potential.  The term 4G is being thrown around a lot but true 4G is not widely recognized.  4G is faster than 3G but it has to meet the specifications of the standards to be called true 4G.  When we start hearing the buzzword 5G, LTE-Advanced or WiMAX Release X, then we will probably be using more of a True Fourth Generation mobile technology.  Oh, those marketing people are good at spinning stuff though aren’t they?

Technology is systematic, purposeful manipulation of the material world. It is a process: power is applied through a tool or machine to a certain material by employing a certain technique. The result is an artifact. The term technology, meaning the study of technics, appeared in the seventeenth century; before then, all was arts and crafts, passed on by apprenticeship.
Until modern times, the artifacts of war were built on a human scale, powered by muscle. By about 10,000 b.c., the major weapons of premodern warfare had appeared--the spear, sling, mace, knife or short sword, and finally the bow and arrow, arguably the first machine. These deadly instruments prompted development of defensive technologies, first body armor and then fortification, the most important military technology before gunpowder. Walls precluded many wars and channeled the course of others.
There was a symmetry to the weapons employed in most wars fought before the modern era. The two sides deployed similar arms and armor. In such circumstances, the outcome was usually determined by strength in numbers, the fighting prowess of the combatants, or superior tactics, strategy, or leadership. Occasionally one side or another enjoyed a technological advantage, as did the chariot empires of the second millennium b.c. And occasionally arms races dominated, such as that between fortress building and siege techniques in the first millennium b.c. But there is no reliable evidence for secret military technologies in the ancient, medieval, or classical worlds, save Greek fire in the middle centuries of the Byzantine Empire; winning weapons were available to all.
Throughout the period when muscles powered war, weapons fell in two broad categories: missile and striking. Generally, missile weapons, such as the bow and arrow and the thrown spear, were the choice of mobile warriors, often mounted nomads and raiders such as the Scythians of Roman times. They used speed and surprise to throw the enemy off balance and inflict casualties without the risk of a toe-to-toe engagement. Striking weapons such as the sword, the mace, and the stabbing spear were the choice of infantry, who relied on discipline, formation, and mass to overpower and annihilate their enemy, as did the Spartans of classical Greece. The choice of weapons in such cases reflected deep-seated societal convictions about the nature of war and its role in society: a standing, professional army bent on offensive war might choose one set of weapons, whereas an amateur militia defending its homeland might prefer another. The weapons of choice also had to be appropriate to the context; cavalry, for example, was suited to the grassy steppes of Eurasia but not to the barren mountains of the Greek peninsula.
The gunpowder revolution that began in the West in the fourteenth century transformed warfare. Strength and skill gave way to machines. For the first time in the history of land warfare, equipment mattered more than men. On the battlefield of the late Middle Ages, for example, an uneducated, poorly trained, and uninspired gunman could bring down a mounted knight, the flower of European chivalry and the uncontested champion of the feudal battlefield. What is more, larger versions of these same gunpowder weapons, when turned on fortress walls, could reduce the refuge to which the mounted knight had retired when faced with superior force and to which peaceful societies had turned throughout history when beset by predator bands. The muscle that had wielded the sword and raised the fortress wall gave way to the chemical power of the internal combustion engine, which powered the cannon. From there to the hydrogen bomb, it was a straight line.
Gunpowder weapons also transformed naval warfare. War at sea, since it first appeared in the second millenniumb.c., has always been more technological than warfare on land. The ship, often the most complex artifact of its age, is a necessary precondition of this combat; it furthermore determines what the combat will look like. Throughout most of history, this combat involved oared vessels--galleys--which sometimes rammed each other but more often locked up in deadly embrace to support hand-to-hand fighting by marines. Unsuited to gunpowder weapons, the galley gave way in the sixteenth century to the European broadside-firing sailing vessel, which established Western hegemony over the world's littoral. This warship was in turn displaced in the middle of the nineteenth century by vessels incorporating steam propulsion, screw propellers, armor, rifled guns, and high explosives. These set off anarms race that spread in the twentieth century from battleships to submarines and aircraft carriers.
The Industrial Revolution that transformed naval warfare effected similar changes on land. From the American Civil War through World War II, the great powers fought wars of industrial production. Often, the total resources of the state were mobilized; productive capacity, not battle, became decisive. The target of combat expanded accordingly, from the army in the field to the entire economic and industrial base of the enemy, including transportation, utilities, natural resources, and capital equipment.
World War II was the first war in history in which important weapons in use at the end had not existed when the war broke out. Jet aircraft, ballistic missiles, proximity fuses, and the atomic bomb were all invented and fielded in a frenzy of research and development. Since 1945, the quality of military technology has replaced quantity as the desideratum of modern war. The electromagnetic spectrum has become the most important locus of new military technologies, ranging from remote sensing devices and information technology to precision guided munitions and satellite-based navigation. The competition to prevail on this electronic battlefield has produced an international arms race, military-industrial complexes in the United States and elsewhere, an unprecedented prominence for the military as a driver of civilian technology, and finally a search for dual-use technology that can serve both military and civilian purposes.
Nowhere are these phenomena more evident than in aerospace technology, the third dimension of warfare. A product of the twentieth century, air warfare, like naval warfare, is entirely dependent on technology. From the Battle of Britain in 1940 to the Gulf War of 1991, quality has consistently proved superior to quantity. Research and development drive the field and ensure that only the wealthiest, most technologically advanced states can be truly competitive. This same phenomenon is true in the latest arena of military technology--outer space.